![]() |
Press conference IABIE terkait PTA masuk Indonesia, Jumat (2/2 ) foto Republika |
Jakarta, beritash.com- Wacana
Pemerintah dalam membuka perguruan tinggi asing (PTA) di Indonesia membuat
polemik pro dan kontra, pasalnya peguruan tinggi yang diimpor dari luar negeri
ini belum diformulasikan secara pasti oleh pemerintah apakah diberkalukan
secara instan dengan persyaratan yang longgar atau melalui uji akreditasi baru.
Belum lagi soal pembiayaan kampusnya sama dengan yang di luar negeri.
Namun terlepas dari semua itu,
Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) mendukung rencana pemerintah untuk
membuka akses perguruan tinggi asing (PTA) ke Indonesia. Meski begitu, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh PTA yang nantinya akan
beroperasi di Indonesia.
Menurut Bimo Sasongko Ketua Umum
IABIE, pemerintah perlu mengkaji secara teliti hal tersebut untuk membantu
masyarakat dalam mengenyam pendidikan tinggi Internasional dalam negeri ini.
Selain memberikan pilihan warga negara apakah mereka sebaiknya kuliah langsung
di LN dan bisa memilih perguruan tinggi terkemuka disana, atau cukup masuk PTA
yang beroperasi di Indonesia.
“Asalkan memberikan dampak
positif dan dapat bersimbiosis mutualisme dengan perguruan tinggi lokal bisa
diterima. Namun bisa jadi secara esensial biaya kuliah PTA di Indonesia lebih
mahal dibandingkan kuliah langsung di luar negeri “. Tuturnya pria yang pernah
mengenyam pendidikan di Amerika dan Jerman.
Ikatan Alumni Program Habibie
(IABIE) yang saat ini memiliki ribuan anggotanya merupakan lulusan perguruan
tinggi di Luar Negeri terkemuka memberikan sumbangan pemikiran terkait hal
diatas. Masuknya PTA agar diberlakukan persyaratan secara ketat. Operasional
PTA jangan hanya menekankan aspek bisnis atau komersial yang melakukan
perluasan pasar ke Indonesia.
Namun,
Sebetulnya IABIE memiliki alternatif atau pilihan yang lain yang lebih praktis,
yakni pengiriman besar-besaran pemuda Indonesia langsung kuliah di perguruan
tinggi luar negeri terkemuka yang diawali dengan program super matrikulasi dan
pelatihan bahasa di dalam negeri, kemudian dilakukan test masuk perguruan
tinggi LN bertempat di Jakarta. Alternatif diatas membutuhkan metode khusus
yang dirumuskan oleh mereka-mereka yang pernah sukses belajar di LN. (fr)